Contoh Khotbah bagi Keluarga yang Kemalangan: 2 Timotius 4:7

KHOTBAH BAGI KELUARGA YANG KEMALANGAN | NAS: 2 TIMOTIUS 4:7

Dalam postingan ini, saya akan membagikan satu contoh khotbah yang pernah saya buat saat mengontrak mata kuliah Homiletika beberapa semester lalu. Khotbah ini saya buat dengan tema penghiburan bagi keluarga yang kemalangan, dan berdasar pada nas 2 Timotius 4:7. Demikian khotbah saya:

Saudara saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, khotbah pada hari ini diambil dari 2 Timotius 4:7. Saya akan membacanya untuk kita, demikian: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” Demikian firman Tuhan.           

Saudara, saudari, apakah yang kita pikirkan ketika membicarakan tentang kematian? Mungkin, banyak dari antara kita yang merasa takut dengan kematian. Beberapa lagi mengatakan: “aku belum siap Tuhan, janganlah dulu panggil aku.” Beberapa lagi mengatakan. “setelah aku kaya, barulah panggil aku Tuhan. Setelah aku memiliki keturunan anak, cucu, barulah panggil aku Tuhan.” Ucapan-ucapan tersebut masih sering diutarakan oleh orang Kristen, khususnya orang Batak. 

Memang dari sudut pandang kemanusiaan, wajar saja bila orang-orang takut dengan kematian, karena tidak ada yang tahu kapan waktunya kematian itu tiba. Sebab kematian tersebut seperti perampok di tengah malam. Ketika seorang pemilik rumah sedang terlelap di atas tempat tidurnya, tiba-tiba seorang perampok datang untuk menodongnya dan menjarah barang-barang yang ada di rumahnya tersebut. Demikian jugalah datangnya kematian. Sering sekali pada saat yang tidak kita duga, ketika kita merasa senang dan bahagia, ketika tidak ada sakit penyakit yang ada pada tubuh kita, boleh saja kematian tiba-tiba datang tanpa diprediksi. 

Hanya Tuhanlah yang mengetahuinya. Dengan demikian, jelaslah kita ketahui bahwa kematian adalah kuasa mutlak Allah; Dialah yang mengatur waktu setiap orang. Bergantung padaNya lah waktu setiap orang tersebut. Oleh sebab itu, saudara saudari yang terkasih, kita menolak kepercayaan beberapa orang yang mencoba meramalkan secara tepat waktu datangnya  kematian tersebut. Hal tersebut sangat bertentangan dengan kepercayaan kita.      

Saudara saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, nas khotbah kita pada hari ini hendak membicarakan tentang kematian. Tetapi, bukanlah kematian yang ingin ditegaskan oleh Paulus pada nas ini.  Sebaliknya, kehidupan setelah kematianlah yang hendak ditegaskan. Surat Timotius yang kedua ini adalah surat yang dituliskan oleh Paulus kepada anak rohaninya, Timotius. Pada surat ini, Timotius yang hendak memberitakan injil kepada jemat Efesus, perlu dinasihati oleh Paulus juga diberikan bimbingan. 

Selain itu, Paulus juga menyampaikan beberapa pelajaran yang hendak Timotius sampaikan kepada jemaat yang ia layani. Demikian jugalah halnya pada nas hari ini. Pada pasal empat, Paulus menasihati Timotius agar ia memberitakan firman Tuhan kapan pun waktunya; baik atau tidak. Ia juga dinasihati agar dapat menguasi diri. 

Pada ayat yang ke-tujuh, yang menjadi khotbah bagi kita, Paulus menekankan melalui pengakuan imannya; bahwa ia telah mengakhiri pertandingan yang baik. Ia telah mencapai garis akhir dan telah memelihara imannya. Paulus menyadari bahwa saat kematiannya telah dekat. Oleh karena itulah,  Petrus meyakini bahwa ia telah memperoleh mahkota kebenaran yang dikaruniakan kepadanya, juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.      

Saudara saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, apakah yang hendak Paulus katakan melalui nas khotbah ini? Apakah hubungannya dengan kematian yang telah kita bicarakan sebelumnya? Saudara saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, Paulus menggambarkan kehidupan sebagai sebuah pertandingan maraton. Kita sebagai orang-orang yang ikut ‘berlari’ dalam pertandingan maraton, haruslah mencoba agar sampai ke garis finish. 

Sekarang, sampailah kita pada beberapa pertanyaan berikut; apakah yang kita lakukan saat pertandingan maraton tersebut? Benarkah kita berlari dengan baik, ataukah kita berlari tidak dengan sepenuh hati? Bagi Paulus sendiri, jelas dikatakan bahwa ia telah mengakhiri pertandingan yang baik, ia telah mencapai garis akhir, dan telah memelihara imannya. Walaupun pada awalnya Paulus menganiaya orang-orang percaya mula-mula, namun ia bertobat dan malah memberitakan injil kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus.            

Saudara saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, surat Paulus yang ditulisnya kepada Timotius ini, kini sampai kepada kita dan kita baca. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, sebelum kita sampai kepada garis finish yang menggambarkan ujung dari kehidupan di bum ini, yaitu kematian, baiklah kita menjawab pertanyaan ini di dalam hati masing-masing; apakah kita sudah menggunakan waktu yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk mengerjakan pekerjaan kita? Apakah kita telah mengakhiri pertandingan yang baik tersebut? 

Saudara, saudari, bagi Timotius, Paulus telah berpesan kepadanya agar ia berangkat memberitakan firman Tuhan juga untuk menyatakannya di setiap waktu. Pesan tersebut tidak hanya ditujukan kepada Timotius saja. Kita sebagai orang percaya pun, memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam memberitakan firman Tuhan tersebut. Setelah Allah mengaruniakan waktu ini, umur yang panjang, juga harta benda yang ia telah berikan, hendaknyalah kita memberi respon terhadap pemberian tersebut, seraya kita mengucap syukur atas semuanya itu. 

Apakah yang hendak kita perbuat dalam mengisi waktu yang telah Allah berikan? Benar, baiklah kita ikut dalam memberitakan firman Tuhan juga menyatakannya kapan pun waktunya, mulai dari kelompok kecil, yaitu dalam rumah kita, dalam keluarga kita. Sebagai orangtua, baiklah saudara saudari boleh memberitakan firman Tuhan di dalam ruham kita masing-masing. Kita boleh mengingatkan anak-anak kita akan firman Tuhan melalui nasihat-nasihat yang kita berikan setiap hari, juga saat ada waktu untuk membaca Alkitab secara bersama-sama lalu berdoa bersama di rumah masing-masing.           

Apa lagi yang dapat kita kerjakan sebelum mencapai garis finish? Pada ayat lima dikatakan; kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberitaan injil dan tunaikanlah tugasmu. Inilah nasihat penting yang hendak dipegang oleh orang-orang Kristen selama dalam hidupnya. Saudara, saudari, saat ini kita nasihat tersebut telah sampai kepada kita. Sebelum kita sampai kepada kematian, seperti bapak yang kita sayangi yang telah berbaring di hadapan kita ini, Paulus mengingatkan kita agar kita rela untuk bersabar dalam menderita dalam melalui kehidupan ini. 

Barangkali, perlu kita akui bahwa bapak yang kita sayangi ini, semasa hidupnya, pasti menghadapi penderitaan tersebut. Kita pun demikian, dalam menjalani kehidupan ini, kita sering menghadapi penderitaan juga tantangan. Tetapi dalam nas ini, Paulus menasihatkan bahwa kita harus sudah siap untuk bersabar dalam penderitaan tersebut, selain itu juga melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. 

Pada akhirnya, setiap dari pada kita haruslah menunaikan tugas pelayanan kita, atau dalam bahsa batak disebut sebagai tohonan. Saudara, saudari bukan hanya Pendeta, Guru Huria, Diakones, Bibelvrouw, Sintua, dan juga Evangelis yang boleh disebut sebagai tohonan. Kita pun, selain dari yang disebutkan tadi, boleh disebut sebagai ‘partohonan’ dalam pekerjaan kita masing-masing. Oleh karena itu, hendak dikatakan di sini bahwa kita hendakhnya menunaikan tugas pelayanan yang telah disampaikan kepada kita, melalui pekerjaan kita di kantor maupun tempat lain. Sebelum kita sampai kepada kematian tersebut, marilah kita melakukan apa yang telah dinasihatkan oleh Paulus kepada Timotius khususnya kepada kita.           

Kita yang telah ditinggalkan oleh bapak yang kita kasihi ini, hendak dinasihatkan agar kita pun melakukan apa yang baik, seperti yang telah dilakukan oleh beliau semasa hidupnya. Selagi Allah masih memberi waktu untuk kita bekerja, marilah menggunakannya dengan baik. Marilah kita memberitakan firman Tuhan di keluarga kita, marilah melakukan apa yang baik, juga menunaikan tugas pelayanan yang telah disampaikan kepada kita. Setelah kita melakukannya dengan baik, kita telah melakukan apa yang patut dan layak kita lakukan. Sebab patutlah kita mengerjakan hal-hal tersebut sebagai cara kita berucap syukur pada Sang Pemberi Waktu, sebelum kita sampai kepada kemenangan kita, yaitu kematian.

 

 

 

0 Komentar