Etika Kewajiban dan Etika Keutamaan

Dalam postingan ini saya akan membagikan salah satu materi kuliah yang pernah saya terima dari dosen Etika saya dulu, Pak Jhon Kristo, yang sekarang sudah menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) HKBP. Seperti yang pernah pernah saya sebutkan pada postingan sebelumnya, Pak Jhon adalah salah satu dosen favorit saya di STGH.

Dalam materi kuliah yang saya bagikan ini, akan dibahas mengenai etika kewajiban dan etika keutamaan, serta hubungan antara keduanya. Oh iya, materi yang saya bagikan ini saya rangkum dari sajian power-point yang ditampilkan oleh Pak Jhon saat mengajar di kelas.

Apakah etika kewajiban itu?
Etika kewajiban mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral yang berlaku untuk perbuatan kita. Etika ini menunjukkan norma-norma dan prinsip-prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup moral kita, dan urutan penting yang berlaku di antaranya.

Jika terjadi konflik antara dua prinsip moral yang tidak dapat dipenuhi sekaligus, etika ini mencoba menentukan mana yang harus diberi prioritas. Pendeknya, etika kewajiban menilai benar salahanya kelakukan kita dengan berpegang pada norma dan prinsip moral saja.

Apakah etika keutamaan itu?              
Etika keutamaan mempelajari keutamaan (virtue), artinya sifat/watak yang dimiliki manusia. Etika keutamaan tidak menyelidiki apakah perbuatan kita baik atau tidak, melainkan apakah kita sendiri orang baik atau tidak.

Etika keutamaan mengarahkan fokus perhatiannya pada being manusia, sedangkan etika kewajiban mengarahkan fokusnya pada doing manusia.

Etika keutamaan ingin menjawab
pertanyaan: “What kind of person should I be?”                                  

Etika kewajiban hendak menjawab
pertanyaan: “What should I do?”

Apakah hubungan antara etika kewajiban dan etika keutamaan?     
Etika kewajiban dan etika keutamaan bukanlah sebuah dilema di mana kita harus memilih salah satunya untuk menjadi pegangan etis. Moralitas selalu berkaitan dengan prinsip serta aturan, dan tentu saja dengan kualitas manusia itu sendiri, dengan sifat wataknya. Oleh sebab itu, kedua etika ini saling melengkapi dan saling membutuhkan.

Etika keutamaan dan Watak Moral  
Keutamaan adalah disposisi watak (kecenderungan tetap) yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Keutamaan adalah sifat baik yang mendarah daging pada seseorang, tetapi tidak semua sifat baik adalah keutamaan.

Kesehatan dan kekuatan fisik adalah sifat baik. Tapi sifat baik badani ini bukan keutamaan, karena belum tentu terarah pada tingkah laku yang baik dari segi moral. Jadi, keutamaan mempunyai hubungan eksklusif dengan moral (keutamaan moral).

Keutamaan adalah hasil latihan 
Keutamaan diperoleh melalui jalan membiasakan diri dan oleh sebab itu ia merupakan hasil latihan yang terus-menerus. Dalam hal ini, pendidikan memainkan yang peran sangat penting.

Proses perolehan keutamaan itu disertai upaya korektif, artinya keutamaan diperoleh dengan mengoreksi suatu sifat awal yang tidak baik. Proses memperoleh keutamaan berlangsung “melawan arus”, dengan mengatasi kesulitan yang dialami dalam keadaan biasa.

Contoh: Pengendalian diri sebagai keutamaan terbentuk dengan melawan kecenderungan yang biasa untuk mencari kesenangan tanpa batas.

Sumber tulisan:

Materi Kuliah Etika II oleh Pdt. Dr. Jhon Kristo Naibaho.

Sumber gambar ilustrasi:

Reactgroup.org

0 Komentar