7 Oktober 2022 lalu, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berusia 161 tahun. Sidone gereja terbesar di Asia Tenggara itu kini telah memiliki warga jamaat dengan jumlah kira-kira 4.500.000 jiwa. Secara administratif, HKBP terbagi dalam empat (4) aras atau tingkatan, mulai dari Pusat atau biasa disebut hatopan, Distrik, Ressort, dan Huria. Sesuai data Almanak HKBP 2023, HKBP terdiri atas 32 distrik dan 1 persiapan distrik. Pusat atau Hatopan dipimpin oleh Ephorus dan dibantu oleh empat pimpinan lainnya, yaitu Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Koinonia, Kepala Departemen Diakonia, dan Kepala Departemen Marturia. Untuk distrik, masing-masing dipimpin oleh seorang Praeses, dan untuk Ressort dipimpin oleh seorang Pendeta Ressort.
Di sepanjang 161 tahun usianya, HKBP telah mengalami berbagai perkembangan. Ia telah menghadapi berbagai tantangan dan peluang dalam pelayanannya. Sebagai buah dari penginjilan Jerman, yang juga dirintis oleh penginjilan Inggris dan Amerika, HKBP dipengaruhi secara teologis dan eklesiologis oleh warna teologi dari ketiga negara asal penginjil tersebut. Namun, yang lebih menyolok dari ketiganya adalah pengaruh dari penginjilan Jerman. Meski hari ulangtahun HKBP tepat pada hari pertemuan keempat pendeta; Heine, Klammer, Betz dan Van Asselt, namun penginjil I.L. Nommensen dari Jermanlah yang lebih terkenal di kalangan umat HKBP. Salah satu alasannya tentu adalah karena dialah Ephorus pertama HKBP.
Setelah dipimpin oleh beberapa Ephorus dari negara asing, HKBP pada akhirnya "manjujung baringinna" atau mandiri secara kepemimpinan, setelah pada tahun 1940, Pdt. Kasianus Sirait menjadi Ephorus dari kalangan pribumi yang pertama. Selain Pdt. Kasianus, Pdt. Justin Sihombing adalah Ephorus lain yang dikenal luas oleh HKBP oleh karena petikan khotbahnya yang begitu kesohor: "jamitahon ngolum, hangoluhon jamitam", yang artinya kira-kira "khotbahkan hidupmu, hidupi khotbahmu". Ada juga Pdt. Soritua Albert Ernst atau yang akrab disebut SAE Nababan, salah satu Ephorus HKBP dengan masa jabatan terlama. Di tengah kepemimpinan SAE Nababan, di tahun 1993, terjadi dualisme kepempinan HKBP antara Pdt. SAE Nababan dan Pdt. PWT Simanjuntak.
Setelah Pdt. PWT, Pdt. J.R. Hutauruk pun menjadi Ephorus defenitif HKBP dari tahun 1998 hingga tahun 2004. Setelah 2004 masa jabatan Ephorus pun ditetapkan menjadi empat tahun, dan bisa dipilih dua periode berturur-turut. Secara berurutan Ephorus HKBP selanjutnya adalah Pdt. Bonar Napitupulu (2004-2012), Pdt. Willem T.P. Simarmata (2012-2016), Pdt. Darwin Lumbantobing (2016-2020), dan Pdt. Robinson Butarbutar (2020-2024). Di tiap kepemimpinan para ephorus tersebut, HKBP telah mengalami banyak perkembangan, meski menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang patut digarisbawahi adalah terlaksananya
0 Komentar