Tanggal 7 Februari lalu, Kantor Pusat HKBP mengeluarkan Surat Pengumuman Jadwal Ujian Penerimaan Calon Pelayan HKBP. Surat yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal HKBP itu melampirkan nama-nama pendaftar yang lulus persyaratan administratif. Total ada 365 orang pendaftar yang diundang untuk ujian: masing-masing 170 orang bakal calon Pendeta, 86 orang bakal calon Guru Huria, 64 orang bakal calon Bibelvrouw, dan 45 orang bakal calon Diakones.
Namaku sendiri turut terlampir dari antara 86 orang bakal calon Guru Huria itu. Aku secara bersamaan merasa antusias, degdegan namun tetap optimis akan mengikuti ujian dengan baik. Dijadwalkan, kami akan registrasi ulang tanggal 26 Februari. Lalu, ujian akan dilaksanakan 27 Februari sampai 2 Maret. Subjek yang diujikan adalah Psikotes, Pengetahuan Isi Alkitab, Pengetahuan tentang HKBP, dan juga Musik Gerejawi untuk bakal calon Guru Huria dan bakal calon Bibelvrouw. Tentu akan ada wawancara juga di akhir ujian, oleh Pimpinan HKBP.
Setelah membaca pengumuman jadwal ujian, aku segera berkomunikasi dengan my partner in lot of aspects, Desra. Kami saling menyemangati. Dia yang sudah lebih dahulu ikut ujian semacam ini tahun lalu, memberi tips, juga salinan contoh-contoh soal. Yang terpenting dialah salah satu sumber motivasi dan semangat baru itu. Kepada orangtuaku juga sudah kukomunikasikan, terutama tentang biaya dan persiapan lainnya. Mereka lantas ikut mendukung. Pendeta Ressort Laguboti, selaku mentorku turut menyemangati.
Oh ya, satu tahun belakangan aku dilibatkan membantu pelayanan di HKBP Ressort Laguboti, sebagai gereja yang mengutusku ke Seminari Sipoholon. Aku bertugas di HKBP Dolok Hermon, jemaat cabang dari Ressort Laguboti itu sendiri. Pdt. Tumpal Sinaga dulu yang merekomendasikanku. Namun demikian setelah perpindahan beliau, dan digantikan Pdt. Lintong Sitorus, pun aku tetap melayani di Dolok Hermon. Komunikasi dan koordinasi yang baik pun tetap kujalin dengan Amang Pendeta Sitorus ini. Aku secara pribadi, senang dengan pelayanan beliau yang identik dengan ketepatan waktu. Tidak banyak bicara, tetapi selalu mengena. Beliau juga memperjuangkan hak-hak sesama pelayan, yang selama ini terlupakan padahal ada dalam Aturan. Untuk harapan beliau yang menginginkan aku tetap di Ressort Laguboti jika lulus ujian untuk membantu administrasi gereja, kuakui merupakan kebanggan bagiku.
Pada akhirnya, aku sangat bersyukur, ada banyak pihak yang menopang dan membantuku selama ini, terutama selama persiapan menantikan ujian penerimaan ini. Mudah-mudahan itu memberikan motivasi tambahan juga semangat yang baru bagiku untuk sungguh-sungguh belajar, memersiapkan diri demi ujian nanti. Bila kalian membaca ini secara tidak sengaja, aku mohon doanya, ya.
Yang utama memang, Tuhanlah yang punya kuasa dan rencana atasku. Oleh karenanya, aku meminta kepada-Nya -- dengan meminjam kalimat berbahasa Batak yang sering didengungkan Pdt. Ronald Pasaribu, dosenku -- "sapala naung disuru Ho, Ahu Tuhan, ua pillit ma Ahu gabe sada sian ulaulaMi". Amen.
0 Komentar