In this post, I will recite my Instagram post about The Sun and Its Creators. Here it is
Wahai matahari.
Yang sinarnya 'dimultitafsiri' oleh orang-orang di bumi.
Di siang yang terik, sinarmu kadang dianggap menghalangi orang-orang untuk bekerja sehari-hari. Kadang juga membantu kami mengeringkan pakain-pakaian yang kami cuci.
Namun, di pagi yang berkabut, sinarmu yang hadir, memecah hawa dingin, menggantinya menjadi kehangatan yang dinanti.
Di malam yang gelap, sinarmu yang kau pantulkan lewat rembulan, memberikan pemandangan yang indah yang menyejukkan hati. Ada pula yang menilai rembulan yang kau sinari malah menakut-nakuti, dengan mitos yang diam dalam diri kami.
Banyak orang menilaimu dengan penilaian yang banyak dan beragam pula. Apapun itu. Surya — sebagaimana beberapa orang mengenalmu — adalah salah satu bentuk Kemahaan Sang Penciptamu. Sinarmu menembus jarak ratusan juta kilometer. Sampai juga akhirnya ke Bumi-Nya ini.
Langit cerah, seakan menghalangimu. Namun bukan. Karena teriknya cahayamu, kami tak dapat melihatmu.
Meski kami selama mayoritas waktu kami sehari-hari tak dapat melihatmu dengan kasat, biarlah kami mengenalmu sebagai salah satu bentuk pemeliharaan Penciptamu yang agung itu.
Editan foto ini, bermakud untuk mengajak orang memberi fokus sejenak kepadamu. Bukan kepada langit yang dipenuhi awan awan menawan itu. Biarlah kami fokus sejenak kepadamu. Seraya mensyukuri kebaikan Penciptamu. Yang memberimu sebagai sinar terang kami. Di Bumi ini.
0 Komentar