Mazmur adalah kitab terpanjang dalam Alkitab yang isinya adalah pujian dan ucapan syukur Pemazmur atas pertolongan Allah. Banyak alasan bagi Pemazmur untuk mengucap syukur kepada Allah; beberapa di antaranya adalah karena perbuatan baik Allah, kemurahan Allah, juga karena keselamatan yang dikaruniakan oleh Allah.
Dalam nas khotbah Minggu ini, Pemazmur mengucap syukur serta memuji Allah atas ‘kelepasan’ atau keselamatan yang dikerjakan oleh Allah bagi Pemazmur. Dalam mengawali nas khotbah Minggu ini, Pemazmur mengutip perkataan bangsa Israel yang seolah berusaha menciptakan pengandaian, yang mengajak para pembaca membayangkan keadaan jika seandainya Allah tidak menolong bangsa Israel, atau bukan Allah yang menolong mereka (Mz 124:1-2).
Pengandaian di atas pun dibarengi dengan kondisi yang terjadi jikalau hal yang diandaikan itu terjadi. Pemazmur menjelaskan selanjutnya bahwa jika bukan Allah yang ‘mengawal’ bangsa Israel, maka ‘manusia lain’ yang bertindak sebagai ‘musuh’ Israel akan menelan mereka hidup-hidup ketika amarah mereka menyala-nyala (124:3). Selain itu, dijelaskan pula selanjutnya, bawa air telah akan menghanyutkan mereka serta sungai akan mengalir melingkupi diri mereka (124:4-5).
Tetapi hal itu tidak terjadi. Seketika Pemazmur mengalihkan perhatian pembaca kepada fakta bahwa pujianlah yang layak dipersembahkan kepada Allah sebab hal di atas tidak terjadi; sebab Allah tidak membiarkan bangsa Israel sendiri, sebab Allah-lah yang mengawal mereka, menemani mereka, dan memihak kepada mereka. Oleh karena itu, terpujilah TUHAN, kata pemazmur (124:6). Pemazmur pun kemudian menggambarkan perumpamaan yang menceritakan bagaimana bangsa Israel luput dari bencana-bencana besar itu hanya oleh karena pertolongan TUHAN.
Pada penutupnya, Pemazmur menegaskan bahwa pertolongan kita (bangsa Israel dan juga pembaca Mazmur ini) adalah di dalam nama TUHAN yang menciptakan langit dan bumi. Penamaan Allah secara lengkap ini barangkali untuk mengingatkan bahwa seluruh ciptaan Allah tunduk kepada-Nya, sebab Dialah penciptanya. Oleh karenanya, termasuk bencana alam pun adalah di bawah persetujuan dan kendali Allah. Maka tugas manusia adalah untuk menyerahkan diri mereka, dan masuk di dalam pertolongan Allah.
Barangkali, yang dialami oleh bangsa Israel, sedikit banyaknya, dialami oleh umat percaya di masa kini. Berbagai hal bisa saja mengarah kepada kita, yang dapat mencelakakan kita. Bahkan, seperti yang dialami oleh bangsa Israel, sesama manusia, dapat menjadi musuh yang sesekali mengarahkan serangannya terhadap kita, sesamanya. Tetapi sama seperti bangsa Israel, kita pun seharusnya mengingat bahwa Allahlah penolong sejati di dalam hidup kita.
Jika bukan Allah yang menemani bangsa Israel? Barangkali, kita pun boleh mempertanyakan hal yang sama dengan menempatkan diri kita. Jika bukan Allah yang menolong kita? Tetapi pada akhirnya, Dialah yang menolong kita. Maka giliran kita adalah untuk berserah kepada pertolongan Allah. Sebab di dalam Nama-Nya yang Perkasa itulah pertolongan bagi kita umat percaya.
Selamat Hari Minggu! Mari mengimani pertolongan Allah di dalam hidup kita.