Tugas Homiletika II: Khotbah Matius 4:18-22


Injil Matius berbicara tentang hidup dan ajaran-ajaran Yesus, ditulis sekitar tahun 50 M oleh Matius di Antiokhia. Injil ini juga berbicara tentang apa artinya menjadi anggota umat Allah dan memberikan nasihat nasihat tentang hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Matius menulis injilnya bagi orang-orang yang mengenal Perjanjian Lama. Ia sering memperlihatkan bagaimana teks-teks Perjanjian Lama melihat jauh kedepan dan menunjuk pada diri Yesus sebagai mesias yang diutus Allah. Matius juga ingin menunjukkan bahwa sejumlah besar perbuatan dan perkataan Yesus telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya oleh para nabi Israel dan Yesus membawa harapan Baru bahwa segala bangsa akan mengambil bagian dalam keselamatan Israel.

Teks ini hendak memberitakan tentang misi Yesus dalam kedatangan-Nya ke dunia, yakni untuk menyelamatkan dunia dari kuasa dosa dan memberikan hidup yang kekal kepada orang percaya. Yohanes 3:16 berkata: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia mengaruniakan anaknya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Untuk melakukan tugas besar ini, Yesus membentuk tim kerja dengan memilih dan mengangkat 12 orang murid muridnya. Kepada mereka Yesus mendefinisikan tugas utama, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan penjala manusia" (Mat. 4:19).

Istilah penjala manusia adalah ilustrasi umum pada zaman Yesus yang artinya adalah membawa manusia ke jalan yang benar melalui pendidikan dan tuntunan. Itulah artinya menjadi penjala manusia. Penjala manusia berbeda dengan penjala ikan. Penjala ikan menangkap yang hidup, kemudian mati; penjala manusia menangkap orang yang "mati dalam dosa", supaya menjadi hidup dalam Tuhan. Kita bertanya, mengapa Yesus pergi ke danau genesaret atau danau Galilea untuk mencari murid-muridnya? Mengapa dia tidak pergi dan mencari murid ke bait Allah atau ke sinagoge, di mana terdapat orang-orang mampu, berpendidikan: ahli taurat, farisi, imam-imam kepala, dan lain-lain? Mengapa tidak memilih muridnya dari kalangan petani, atau teman seprofesinya yaitu tukang kayu? Mengapa Yesus memilih Simon Petrus, Yohanes dan Yakobus menjadi tim inti (murid yang paling Dia kasihi), padahal ketiganya adalah nelayan atau penjala ikan? Dari 12 murid Yesus, ada paling sedikit 6 orang yang adalah bekas penjala ikan: Simon Petrus, Andreas (saudara Simon Petrus), Yakobus dan Yohanes (bersaudara), filipus, dan Bartholomeus. Memang ada bekas pemungut cukai (Matius), Yudas iskariot (pengusaha), Simon orang Zelot (anggota gerakan perlawanan terhadap Romawi), dan yang lainnya. Paling banyak adalah bekas nelayan.

Tentu ada beberapa alasan mengapa Yesus merekrut murid-murid atau staf inti dari penjala ikan:

Pertama, Yesus mencari manusia yang siap untuk kerja keras. Yesus adalah seorang pekerja keras. Dia pernah mengatakan "makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yohanes 4:34). Yesus tahu bahwa penjala ikan adalah tipe manusia bekerja keras. Menjala ikan tidak mempunyai jam kerja atau shift, tidak ada mesin absen di laut yang mencatat jam berapa datang dan jam berapa pulang. Begitu masuk ke laut, sepanjang malam harus berada di laut untuk menangkap ikan dengan mengandalkan otak dan otot. Bekerja dalam kerajaan Allah untuk memanusiakan manusia dibutuhkan sebuah kriteria yaitu kerja keras. Etos kerja seperti inilah yang dibutuhkan dalam membangun kerajaan Allah.

Kedua, murid-murid Yesus harus sanggup bekerja sama, yang mengutamakan kesatuan (unity). Pekerjaan dalam kerajaan Allah dan dalam gereja bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara "single fighter" atau dengan cara diktator dan bekerja sendiri. Yesus tahu bahwa nelayan dan penjela ikan adalah pekerja-pekerja yang sudah terlatih bekerja secara tim. Di danau Galilea yang terkenal banyak ikan, tetapi yang ombaknya juga cukup keras, bahkan tiba-tiba angin topan bisa mengamuk, kerjasama para nelayan untuk mengendalikan perahu supaya jangan tenggelam mutlak diperlukan. Yesus membangun sebuah tim yang majemuk, bukan homogen-meskipun memang di dominasi oleh mereka yang dahulu berprofesi sebagai penjala ikan. Saudara, saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, bekerja dalam gereja apalagi dalam gerakan oikumene sangat dibutuhkan kerjasama. Dalam gereja dan gerakan oikumene tidak berlaku kerja sendiri, jalan sendiri, senang sendiri dan suka-suka sendiri. Dalam gereja tidak ada super pastor (pendeta super). Yesus menghendaki supaya semua menjadi satu: "ut omnes unum sint (supaya mereka semua menjadi satu)" ( Yohanes 17:21).

Ketiga, Yesus mencari murid-murid yang mempunyai mental pemberani bukan penakut. Pekerjaan menjala manusia membutuhkan sikap berani, bahkan berani menanggung risiko. Yesus tahu bahwa penjala ikan atau nelayan yang setiap hari bekerja di laut atau danau yang luas dan penuh dengan ancaman maut adalah orang-orang yang berani. Yesus mau orang seperti itu. Yesus sendiri adalah seorang pemberani yang luar biasa. Dalam rangka melakukan gerakan pemberantasan korupsi, Yesus melakukan perlawanan terhadap para penguasa. Yesus tahu bahwa akar utama kemiskinan adalah korupsi dan manipulasi yang merajalela pada semua lapisan masyarakat, terutama pada birokrasi yang berpusat di bait Allah, Yerusalem. Dengan berani Yesus melakukan demonstrasi besar-besaran, untuk mereformasi bait Allah. Yesus mengusir para pedagang lembu, domba, kambing, dan para penukar uang dari halaman bait Allah di Yerusalem. Dia menyerang jantung kekuasaan yang ada pada waktu itu. Bait Allah pada waktu itu adalah kantor imam besar, kantor Sanhedrin, pusat peradilan, Bank sentral yang sudah dijadikan sebagai sarang penyamun. Perlawanan yang dilakukan Yesus ini adalah salah satu delik yang dipakai para imam kepala untuk menghukum Yesus dengan pidana mati.

Keempat, karakter nelayan adalah sabar. Bisa saja nelayan bekerja semalam suntuk, tetapi tidak mendapat apa-apa, seperti murid-murid yesus yang pergi menjala ikan sesudah Yesus mati dan bangkit, tetapi belum naik ke surga. Sabar itu adalah buah kasih. Dalam 1 Korintus 13: 4, dikatakan "kasih itu sabar". Mengabarkan Injil, memenangkan jiwa dan melayani membutuhkan kesabaran dan kasih. para misionaris membutuhkan kerja keras bertahun-tahun dengan sabar untuk memberitakan Injil, dan baru sudah puluhan tahun mereka dapat memenangkan satu jiwa dan membagikannya. Para pelayan, penatua, Evangelis, dan semua yang melayani dalam gereja harus mempunyai kasih, demokrasi itu adalah sabar.

Yesus Kristus tak main-main dalam melaksanakan misi-Nya, pelayanan-Nya; menyelamatkan dunia dari kuasa dosa dan memberikan hidup kekal kepada orang percaya. Ia juga tak main-main dalam memilih murid-murid yang akan membantunya dalam pelayanan-Nya. Selain itu, sebagai pelayan nantinya, kita juga perlu memahami bahwa tugas kita juga adalah untuk menjala manusia, seperti yang dilakukan oleh murid Yesus mula-mula. Dalam pemilihan murid-muridNya, terlihatlah hikmat Yesus dalam memilih murid-murid-Nya. Ia tidak serta merta datang ke sinagoge lalu memanggil murid-murid-Nya di sana yang adalah para ahli taurat imam dan sebagainya, ia malah datang ke tempat yang tidak terduga oleh kebanyakan orang yang membaca Alkitab, dan barang tentu ada strategi atau rencana khusus yang dimiliki oleh Yesus terkait pemanggilan murid-murid-Nya. Inilah bukti kesungguhan Yesus dalam pelaksanaan misi-Nya, yaitu untuk menjala manusia.

Sebagaimana Yesus tidak main-main dalam pelayanan-Nya terlebih dalam memilih murid-murid-Nya, marilah kita merenung sejenak sebagai seorang calon pelayan, yang juga akan menjadi penjala manusia, sudahkah kita menghidupi pemanggilan yang ada pada kita. Sudahkah kita bercermin pada sosok nelayan yang semula sebagai penjala ikan, dipakai Yesus untuk menjala manusia. Apakah kita telah siap untuk pekerjaan menjala manusia tersebut? Inilah pertanyaan yang sampai kepada kita yang perlu kita refleksikan dan kita jawab dalam diri kita masing-masing.

Marilah kita menghidupi setiap aspek yang diharapkan oleh Yesus untuk kita miliki sebagai penjala manusia. Mari bersyukur atas pemanggilan Allah kepada kita, yang melalui Yesus Kristus kita juga sepatutnya melanjutkan tugas dan pekerjaan untuk menjala manusia tersebut. Inilah yang hendak diarahkan kepada kita untuk kita lakukan. Marilah memohon kepada-Nya agar ia memampukan kita untuk hidup bekerja keras, bekerja sama, berani dan sabar sebagaimana sifat penjala ikan yang diperhatikan Yesus untuk kemudian menjadi murid-murid dan pembantu-Nya dalam melaksanakan misi-Nya. Marilah kita ikut dalam misi menjala manusia tersebut sebagai ucapayan syukur kita atas apa yang telah Kristus lakukan bagi kita. Marilah menghidupi panggilan kita sebagai pembawa kabar suka cita, bahkan sebagai penjala manusia.



0 Komentar